Aku selalu begini. Menyesali ketika aku merasa jengkel, karena ketika ia terlelap lalu aku melihat wajahnya, itu sangatlah teduh. Menyesal aku menjadi sebal seperti itu. Menyesal aku karena tidak seratus persen ikhlas hari ini. Memandangnya, terharu, tergugah.
Tergugah untuk ingat kembali akan janji yang pernah aku ucapkan. Membahagiakan, membanggakan dan memberikan yang terbaik untuk dia. Seakan naluri menagihku "Mana janjimuu??".Seakan hidup kembali terasa berat, berat karena takut, takut tidak bisa menepati janjiku. Ketika aku berdoa, Ya Allah berikanlah hamba kemudahan untuk meraih cita-cita hamba sebagi dokter, dan membahagiakan kedua orangtua hamba, aku selalu yakin Allah akan memberikan jalan, namun terkadang keyakinan itu tererosi oleh sikapku yang terkadang membangkang yang kusadari selalu ketika melihat ia tidur dengan teduh seperti itu. Aku menyesali berkali-kali, dan aku mengulanginya lagi. Betapa sebodoh-bodohnya orang yang mengulangi kesalahan yang sama.
Dialah segalanya dalam hidup. Segalanya yang benar-benar mempengaruhi hidupku. Mempengaruhi pikiranku, kesehatanku, kemauanku. Dialah sang berkharisma. Yang hebat. Yang mampu memanipulasi pikiranku untuk selalu menuruti keinginannya. Yang membuatku merasa tidak sempurna menjalani sesuatu bila tidak melaksanakan apa yang diperintahkannya. Dia yang memiliki kans besar dan kemampuan besar untuk membuat orang lain menyayanginya, membuat orang lain berbuat baik padanya, dan melakukan yang ia perintahkan. Dia yang cantik yang berwajah lugu yang benar-benar membuatku merasa bangga. Dia yang membimbingku yang selalu ada. Dia yang terkadang menjengkelkan seisi rumah namun amat dirindukan. Dirindukan ketika kami sekeluarga harus ditinggal beliau pergi untuk tugas ke Tuban selama sepuluh hari. Yang membuat rumah terasa hampa dan sepi. Dia yang kuat. Yang semenjak umr lima tahun ditinggal oleh ayahnya. Yang semakin hampa ketika Ibunya meninggalkannya ketika aku kelas 5 SD. Yang kalut ketika aku sakit. Yang tidak terima ketika aku dilecehkan. Yang khawatir ketika aku jauh. Yang selalu mengawasi dan mengingatkanku untuk cepat pulang. Yang membangunkan aku dengan celotehannya. Yang memasakkan aku setiap hari.
Ketika aku berdoa. Ya Allah berikanlah ampunan pada kedua orangtua hamba atas segala dosa-dosanya. Berikanlah kemudahan mendapatkan rezeki, berikanlah selalu keselamatakn dunia dan akhirat serta jauhkan kami dari malapetaka, terbayang wajahnya yang rasanya harus aku lindungi.
Sungguh, aku hanya ingin memberikan sesuatu yang terbaik untuknya atas segala jirih payah yang ia berikan hanya untuk memeliharaku yang bahkan sering membuatnya kecewa ini.
Aku hanya ingin melihatmu bahagia, Ibu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar