Minggu, 21 Oktober 2012

You Are My 'Wow'

Aku ingin melakukan banyak hal yang berguna di masa-masa terindahku ini. Aku ingin sekali membuat banyak orang bahagia di masa-masa sehatku ini. Orang tuaku, teman- temanku, rasanya mereka itu wajar dan wajib sekali untuk aku prioritaskan. Aku merasa mereka slalu ada saat aku butuh saat aku merasa sakit. Maka dari tiu wajar sekali kalau aku selalu ingin melakukan yang terbaik untuk mereka. Hal itu selalu tumbuh dipikiranku setiap saat. Dan setelah segala masalahku terselesaikan, kata-kata bahwa aku harus membahagiakan mereka semakin terngiang di kepala.
Sebelum aku bisa merasakan konsentrasi seperti in, aku pernah punya perasaan yang bahkan hanya selalu menyakiti aku. Aku memliki perasaan terhadap seseorang yang berada satu klas denganku selama tiga tahun. Dia adalah orang yang amat pendiam, baik, good looking. Namun ada satu kekurangannya. Dia bukan muslim. Semua yang selalu aku bayangkan tentangnya seakan tiba-tba sirna tatkala kenyataan itu muncul di otakku. Dialah 'bebep', panggilanku yang aku tujukan dalam hati padanya. Selama dua tahun aku memendam, aku menyimpan dengan baik perasaan itu. Aku berusaha menyimpan baik-baik dalam pemikiran bahwa persahabatan seperti ini lebih indah dan terjaga lebih lama dari pada kita harus memiliki suatu hubungan khusus atau dia tau sesuatu akan perasaanku. Aku adalah perempuan. Aku punya hati. Walaupun aku masih kecil, aku sedikit mengerti apa arti memendam perasaan dan aku mengerti bagaimana terluka menyimpan kata-kata yang seharusnya diungkapkan demi menjaga tali kebersamaan ini.
Dia satu band denganku. Jadi, kita selalu bersama. Kita selalu bertemu setiap hari. Dan hari-hariku selalu berwarna. Rasanya aku selalu mendapatkan getaran ketika aku ingin masuk kelas dan aku selalu bersemangat untuk berangkat sekolah. Di tahun selanjutnya dia disukai oleh tetangga kelas. Si tetangga kelas itu memiliki banyak teman di kelasku. Jadi ia secara tidak langsung memanfaatkan temannya di kelasku untuk mencomblangkan mereka. Alhasil, hatiku begitu hancur. Tapi entah kenapa kami semakin dekat. Setiap malam ia selalu mengirimiku kata-kata.. Teman-teman sekelas serasa seperti sangat mendukung hubungan mereka, namun tidak denganku. Pernah ketika si perempuan main ke kelasku, aku langsung keluar karena tak akan pernah sanggup melihat mereka berdua. Pernah ketika aku pulang dari ekstra hadrah aku menemukan mereka berdua sedang duduk di depan kelas. Aku sedang berjalan dengan temanku waktu itu. Temanku yang tidak tau apa-apa tentang perasaanku dan mendukung hubungan mereka yang ingin pulang bersama denganku tiba-tiba ikut nimbrung dengan dua sejoli tersebut. Aku hanya bisa diam melihat temanku bercanda dengan mereka, aku hanya tersenyum dan ikut dalam meleluconi dua orang itu. Au tidak tahan. Sungguh tidak tahan.Lalu aku mengajak temanku pulang dengan segera. Di jalan, aku menutupi mukaku dengan jaket. Aku ingin berekspresi tanpa diketahui temanku tentang apa yang aku rasakan sebenarnya. Kesal, sakit, nyesek. Huh !!
Beranjak ke tahun ketiga. Tepatnya beberapa waktu sebelum Ujian Akhir, aku melakukan hal yang 'wow'. Aku mengatakan apa yang ada di hatiku padanya tepatnya tanggal 2 Februari 2011. Begitu panjang lebar dan basa basi perkataanku. Begitu galauuu aku menunggu balasannya. Nyesek pol!! satu setengah jam aku menunggu dan akhirnyaaa ! He replied ! tapi tau nggak apa isi balesannya? Amazing banget. Isinya 'ngmg apa sih?'. ^%&(*&(*&##@@#)(%!! Apaan coba ? Bales ngomong apa sih ? Hah ? langsung nderodos kawan! Langsung tertumpahkan segala rasa yang ada di hati dengan air asin itu. Woah gimana nggak nyess langsung coba? Serasa abis tegang-tegangnya lalu dihempaskan dari langit dan jatuh di lapangan basket. Sakit nyesek sebel. AAAH !! Dan hari setelahnya, ketika aku baru datang, teman-temanku langsung tersenyum bangga melihatku, mengajakku ke kamar mandi, dan aku menceritakan segalanya. Mereka bilang apa? "KEREEEEN". What the hell ? aku hampir mati tau nggak ? You said COOL ?!! Aku gabisa coment apa-pa. Just keep in my mind, itu beneran ? Aku mengakuinya ?
Dan ketika aku masuk kelas. Aku sama sekali tidak berani melihat dia. Aku takut dia marah. Aku hanya ingin mengganti wajah. Aku ingin aku invisible!
Dia hanya seperti biasanya. Diam, tanpa ekspresi,  tenang, innocent. Itulah dia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar