Kamis, 12 Desember 2013

Aku belajar....

Sebenernya rada gak sanggup lihat kamu (jujur aku suka potongan barumu :D) gak sanggup aja. Mungkin kamu tau kenapa kalau kamu tau aku. Aku gak akan dengan mudah diungkap, aku tau itu. Aku dak akan dengan mudah diketahui, ya. Munafikkah? Hei, aku trauma dengan keterlalu jujuran dengan perasaan. Mungkin kamu bisa tidak terima dan totally tidak sependapat dengan ke-traumaanku itu. Aku bisa ngerti. Kalau kamu ngerti aku, insyaallah kamu bakal ngerti. Mencintai seseorang dengan jujur, mencoba untuk mengatakan apa yang ada dihati yang akan mewakili segenap apa yang terasa dan apa yang diinginkan, aku pernah berada di posisimu. At least, kita sama untuk hal ini. Hanya saja, kamu jatuh pada orang yang tepat, sementara aku tidak. Kamu mendapat respon yang baik, melegakan yaaa walaupun tidak seperti yang kamu harapkan, tapi itu adalah jawaban yang jelas dan baik kan? sementara aku tidak. Aku tidak menjatuhkan hatiku dengan tepat waktu itu. Tidak ada jawaban dan sebuah penjelasan yang pas, dari aku maupun dia.Yaa mungkin karena masih SMP sih, jadi masih labil, masih belum sepenuhnya bisa mengambil pelajaran, masih ingin menuruti hawa nafsu. Itu aku.
Sekarang, aku sudah belajar banyaaaak hal dari segala macam musibah dan keadaan yang menimpa aku semenjak aku mulai keluar dari zona "remaja". Aku berhasil mengambil banyak hikmah dari apa yang sudah aku alami. Aku berhasil menjadikan kesedihan-kesedihan mendalam yang aku alami itu sebagai sebuah pelajaran yang luar biasa fungsinya.
Kesabaran dan Keikhlasan.
Aku belajar dua hal itu. Mengikhlaskan hati untuk merasakan, meresapi, menimpa sebuah rasa sakit. Menjadikan sabar sebagai obatnya, menjadikan sabar sebagai penawarnya, hingga hati sudah terbiasa, lalu ia akan terdorong untuk menjadi kuat dan tegar. Begitu yang terjadi pada perasaanku. Aku menyayangi seseorang yang tidak akan pernah menoleh kepadaku. Yang hanya bisa berbicara dengan membalik punggungi aku, yang jelas-jelas memang kita tak akan bersatu, yang dengan bodoh selalu ingin aku jaga rasa itu. Waktu selama beberapa tahun itu sudah cukup untuk menyimpan sebuah rasa. Rasa yang tak pernah ditoleh. Cukup kan? Ada yang bilang  "Secepat itukah?" Secepat itu? Apakah lima tahun itu kurang? Untuk aku terus yang merasakan penjuangan, padahal utk berjuang butuh dua orang? Itu tidak cepat. Seandainya anda tau, bersamaan dengan itu, aku juga selalu ingin menemukan cara untuk menghilangkan rasa itu, dan belum sempat ditemukan. Sekarang, aku memutuskan untuk mengakhiri semua yang aku rasa ini, bersamaan dengan itu, aku dapat kabar pula dia memiliki tambatan hati yang lain. Sudah jelaskaah?? Apa harus selalu "stuck" aku dalam kebodohan??
Itulah aku, dengan sebegitu lamanya aku untuk memutuskan sesuatu, untuk menghayati benar-benar, bahwa aku akan menghapus jejak-jejak yang aku buat sendiri itu, selama itu. Aku belajar untuk ikhlas dan sabar. Mengambil pelajaran untuk kehidupanku selanjutnya. Untuk tidak jatuh cinta dengan tergesa-gesa. Untuk menjaga kesehatan hatiku, kasihan dia. Untuk menjadikan diriku lebih dewasa lagi. Untuk cinta yang lebih baik, nanti, suatu saat nanti saja, dan tidak akan mau aku ulangi kesalahan yang sama.
Dan kini,
aku memulainya lagi. Ah!
bukan dengan orang yang sama, tentunya dengan orang lain. Aku tidak ingin kebodohanku terulang sehingga aku hanya diam, diam, dan diam. Kusimpan rapa-rapat. Kujaga itu benar-benar. Walaupun akhirnya, terkuak. Terkuak pada saat yang tidak seharusnya. Ketika aku harus berhadapan dengan sahabatku sendiri. Itu benar-benar membuatku semakin tidak bisa berkata-kata. Ketika aku akan mengalami hal yang sama seperti dahulu, merasakan kesedihan atas apa yang aku rasakan (lagi). Yang ada di fikiranku "Kenapa harus lagi?? Kenapa aku harus menjatuhkan hati ke kamu? Kenapa harus kamu didalam aku yang takkan dengan mudah menjatuhkan hati?? Mengapa sekali aku merasakan anugerah itu harus langsung jleb seperti ini? Apa kepantasan untuk bahagia sedikit saja atas apa yang aku rasakan itu tidak pantas aku miliki?"
Itulah.
Terlalu pahit kenyataan yang harus aku terima. Tapi pengalaman mengajarkanku untuk tetap ikhlas dan sabar. Sehingga agak terbiasa untuk sakit. Dalam diam, dalam sendiri.
Tapi itu tidak apa, insyaallah aku ikhlas. Dan aku akan tetap diam, karena aku takut :(
Seandainya kamu tahu sesuatu, dan bisa sedikit membuka topengku, lalu kamu lihat ada apa yang terjadi dalam diriku, jangan berenti saat itu juga, lalu menjauhiku. Tolong, telisiklah, insyaallah ada seberkas cahaya itu, yang menuju ke kamu.
Jangan pura-pura tidak tahu, tidak mau tahu, dan pergi menjauh, karena itu ketakutanku saat kamu tau sesuatu.
Insyaallah, aku yakin kamu bisa mengerti kok tentang bagaimana hatiku. Kamu orang baik, kamu tidak akan mempermainkan seseorang, aku tahu. Dan aku, jangan coba jelaskan lagi, aku sangat bisa mengerti, aku sangat mengerti posisimu :)
Gapailah semua dalam doa yang aku sebut. Sudah kuminta pada Dia untuk merangkul hatiku. Sudah kupasrahkan semua padanya. Tanyakan saja pada Dia kalau kamu tidak percaya :)
Aku (ternyata) menyayangimu.
Dan, aku tidak pernah ingin main-main dengan perasaanku. Aku tidak mau apa-apa yang setengah-setengah. karena itu akan sia-sia.

Ah... Allah lah Maha Mengetahui, Mendengar, dan Merasakan serta Mengerti bagaimana sebenarnya hatiku. Hanya dia tempat berpasrah, ketika aku harus mengakui bahwa ada sesuatu yang bergemuruh dalam hatiku, tentang kamu :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar